√ Tahun Baru, Bagaimana Sebaiknya Sikap Kita? - Muhammadiyah Weru

Tahun Baru, Bagaimana Sebaiknya Sikap Kita?

Oleh: Ustaz H. Muhammad Saifudin, Lc, M.Ag
Mudir Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Sangen

Terkadang kita bingung, harus bagaimana menyikapi datangnya tahun baru. Sementara banyak orang yang merayakan kedatangan tahun baru dengan berbagai kegiatan. Bahkan, ada yang berfoya-foya hingga semalam suntuk dan sangat berlebihan. Lalu bagaimana sikap yang sejalan dengan syariat Islam? Dan bagaimana sikap para tokoh persyarikatan Muhammadiyah?

Tahun baru adalah momen pergantian dari tahun lalu ke tahun yang baru. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat, khususnya kaum muda, setiap pergantian tahun selalu ramai dengan kegiatan gembira. Bergembira dengan datangnya tahun baru adalah hal yang lumrah.

Fitrah manusia akan selalu berbahagia ketika mendapat anugerah, dan tahun baru adalah bagian dari waktu yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita, sehingga sepatutnya kita mensyukurinya dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, merayakannya dengan berlebihan dan melampaui batas, hanya akan mengundang datangnya keburukan-keburukan.

Tahun Baru 2025
Tahun Baru, Bagaimana Sebaiknya Sikap Kita?

Lalu bagaimana sikap yang sejalan dengan prinsip Islam dan nilai-nilainya? Berikut rangkuman penulis dari beberapa sumber, dalam menghadapi datangnya tahun baru:

Pertama, tidak meyakini tahun baru sebagai hari raya dan tidak diisi dengan ritual-ritual khusus. Sebab, mengisi tahun baru dengan ritual-ritual khusus seperti membuat sesajen, melakukan semadi dan lain sebagainya, adalah perbuatan yang merusak akidah dan mengundang murka Allah.

Dalam Islam, hari raya yang dianjurkan untuk bergembira dan diperintahkan melakukan ibadah khusus hanya ada dua: Iduladha dengan salat sunah, kalimat tayibah dan berkurban, serta Idulfitri dengan salat sunah, kalimat tayibah dan saling bersilaturahmi.

Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu :

يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَإِنَّ عِيدَنَا هَذَا الْيَوْمَ

Wahai Abu Bakar sesungguhnya bagi setiap kaum ada hari rayanya dan ini adalah hari raya kita.

Kedua, tidak ada larangan mengisi dengan kegiatan yang menggembirakan, selagi tidak berlebihan dan tidak melanggar batas dan prinsip dalam Islam. Di antaranya, tidak melalaikan salat, tidak melakukan hal-hal dosa, menghindari makanan yang haram, minuman yang haram, muamalah yang haram dan pergaulan yang haram.

Dalam kaidah fikih, hukum asal urusan duniawi selain urusan agama adalah mubah (boleh), selagi tidak ada dalil yang melarang.

كُلُّ شَيْءٍ حَلَالٌ حَتَّى يُؤْمَرَ بِتَحْرِيمِهِ

Segala sesuatu adalah boleh, hingga ada larangannya.” (HR. Ibn Majah, Kitab al-Muqaddimah, No. 14)

Ketiga, tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang menyerupai kaum yang melampaui batas. Misalnya, berfoya-foya, berdua-duaan dengan lawan jenis, mengumbar aurat dan nafsu, pergaulan bebas, minum-minuman keras, mengganggu ketenteraman masyarakat, membuat onar, dan kegiatan maksiat lainnya.  

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Keempat, Introspeksi diri dan bertobat atas kesalahan dan kekurangan yang lalu. Tahun baru sebagai momen penting untuk melakukan evaluasi diri, seberapa kualitas diri dan ibadah kita. Dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan, sehingga kita mendapat kesuksesan.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ۝ يُّصْلِحْ لَـكُمْ اَعْمَا لَـكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَا زَ فَوْزًا عَظِيْمًا ۝

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.” (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 70-71)

Kelima, membuat perencanaan yang baik secara sederhana. Membuat rencana-rencana sederhana, seperti misalnya membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari walau hanya beberapa ayat, berusaha memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian, berusaha sekuat tenaga istikamah melangkahkan kaki menuju masjid untuk melaksanakan salat berjemaah, melaksanakan  puasa sunah, menyisihkan sebagian harta untuk bersedekah di jalan Allah dan membantu orang lain.

Berusaha menjaga lisan dan postingan-postingan dari hal-hal yang tidak bermanfaat, memanfaatkan waktu untuk kebaikan, tidak lagi bermalas-malasan, tidak terlena dengan perkembangan gadget, dan lain sebagainya.  Sebagaimana hadis Nabi ﷺ:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ 

Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang; meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2317)

Keenam, meningkatkan keimanan, ketakwaan dan keilmuan. Sehingga dalam menjalani dinamika hidup ke depannya lebih terbimbing dan sukses. Sebagaimana sebuah perkataan hikmah:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (Sunan Al-Hakim)

Ketujuh, bertekad kuat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadi lebih baik daripada tahun-tahun yang berlalu, sehingga dalam menjalani dinamika kehidupan mendapat anugerah jalan yang cerah. 

Dalam perkataan mahfuzhat dikatakan,

إِذَا صَدَقَ العَزْمُ وَضَحَ السَّبِيْلُ

Jika benar-benar bertekad kuat, niscaya akan terang jalannya.

Kemudian bagaimana sikap para tokoh persyarikatan Muhammadiyah dengan datangnya tahun baru? Berikut ini penulis himpun dari beberapa sumber media masa daring.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, menyatakan bahwa merayakan tahun baru dengan kegembiraan diperbolehkan, asalkan tidak berlebihan dan tetap dalam koridor syiar Islam. Beliau menekankan pentingnya memaknai pergantian tahun dengan introspeksi diri dan tidak terjebak dalam perayaan yang hanya bersifat lahiriah atau mubazir. (muhammadiyah.or.id)

Almarhum Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., yang pernah menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah, mengingatkan umat Islam untuk menghindari pesta dan hura-hura dalam menyambut tahun baru. Beliau menekankan bahwa berpesta secara berlebihan tidak mendorong introspeksi diri dan cenderung mengarah pada kemaksiatan. (republika.co.id)

Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustaz Adi Hidayat, menyarankan agar umat Islam menyikapi pergantian tahun dengan cara yang sesuai dengan kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ. Beliau menekankan pentingnya menjadikan momen pergantian tahun sebagai media dakwah dan introspeksi diri, daripada sekadar perayaan yang tidak memiliki makna spiritual. (tvonenews.com)

Pada kesimpulannya, Islam adalah agama yang luwes dan luas, selagi tidak keluar dari batas prinsip yang disyariatkan Allah Ta’ala dan diteladankan Rasulullah ﷺ, maka menyambut tahun baru boleh-boleh saja, apalagi ketika dijadikan momen untuk muhasabah.

Dan Muhammadiyah, adalah persyarikatan yang bergerak dalam dakwah amar makruf nahi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunah, demi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Muhammadiyah tidak melarang umat Islam untuk merayakan tahun baru, karena ini adalah urusan duniawi, selama perayaan tersebut dilakukan dengan bijaksana, tidak berlebihan, dan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan syariat dan nilai-nilai Islam.

Persyarikatan Muhammadiyah mendorong umat untuk memanfaatkan momen pergantian tahun sebagai sarana introspeksi, peningkatan kualitas diri, mempererat persaudaraan, meningkatkan ibadah dan dakwah. Dan mengajak umat Islam untuk memaknai momen tahun baru sebagai  momentum untuk refleksi dan perbaikan diri, bukan sekadar perayaan tanpa makna. 

Semoga Allah Ta’ala menuntun kita, sehingga kita mampu menghadapi tahun-tahun baru, bulan baru dan hari baru dengan semangat meningkatkan kualitas diri, keimanan yang meningkat, keilmuan yang bertambah dan kecakapan dalam menjalani dinamika kehidupan, sehingga Allah Ta’ala limpahkan kita keberkahan rezeki dan keberkahan usia.

اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيْمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ، وَجِوَارٍ مِنَ الشَّيطَانِ، وَرِضوَانٍ مِنَ الرَّحمَنِ

Ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan aman dan iman, dengan sejahtera dan Islam, dan dihindarkan dari dari gangguan setan, serta mendapat rida Allah Yang Maha Penuh Rahman.

Wallahu a’lamu bish-shawab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.

Get notifications from this blog

Silakan berkomentar dengan sopan sebagai ajang silaturahmi sesama kita.